Mendengar
Markus 4:9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Mendengar merupakan aktivitas yang memiliki keasyikan tersendiri. Letak keasyikan mendengar pada menerima berbagai macam informasi dari pembicara. Pembicara lebih banyak menyampaikan kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Namun tidak mudah menempatkan diri sebagai sebagai orangyang mendengarkan.
Tantangan untuk mendengar adalah kesediaan untuk berdiam diri. Artinya perlu kekuatan untuk menahan diri tidak sesegera mungkin memberikan respon dari setiap informasi yang disampaikan oleh pembicara. Jadi sifat dari orang mendengar adalah pasif.
Lebih meningkat dari yang bersifat pasif adalah pasif positif. Maksudnya pasif positif adalah sungguh-sungguh menikmati informasi yang didengarnya. Salah satu indikator seseorang mendengar pasif positif adalah dengan gerakan kecil berupa anggukan kepada. Bisa juga sebuah respons kecil yaitu jawaban “..ya..yaa,” “Oh begitu..,” "hmm." Lebih meningkat lagi “lalu …,” “terus …,” “selanjutnya …”
Manfaat mendengar adalah pengetahuan menjadi bertambah banyak. Yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Lebih meningkat dari sedekar tahu adalah mendapat ide. Bagaimana bisa? Bisa saja. Dari mendengar mendapat ide.
Idenya adalah perbendaharaan Anda dan saya sebelumnya digabungkan lalu diolah kembali terus digabungkan. Jadilah ide segar. Yang belum tentu pembicara mendapatkan.
Tingkatan lebih tinggi dari mendengar adalah memiliki keyakinan. Dari mendengar informasi seseorang yang sebelumnya belum yakin menjadi bertambah yakin setelah mendengar informasi.
Bukankah awal dari iman adalah mendengar. Dalam konteks iman mendengar posisi mendengar sangatlah penting. Mendengar firman Allah menjadi sangat penting. Mendengar firman Allah sungguh menjadi makanan rohani. Bukan menjadi hal yang bisa-bisa saja. Mendengar firman Allah dibutuhkan waktu khusus. Karena mendengar firman Allah membutuhkan kerendahan hati. Dan, meng-Amin-i.
Maka posisi mendengar pasif positif dalam hal firman Allah sangatlah penting. Pada posisi tersebut Anda dan saya memberikan ruang bagi ucapan Allah masuk dalam telinga lalu diolah dalam hati. Terus dialirkan ke akal budi. Dari akal budi itulah. Muncul jawab. Ya Allah terima kasih untuk firman-Mu yang baru saja saya dengar.
Maka benar firman yang berbunyi demikian Ayub 34:16 “Jikalau engkau berakal budi, dengarkanlah ini, pasanglah telinga kepada apa yang kuucapkan.” Dan manfaat lain dari mendengar ada dalam Yesaya 51:4 “Perhatikanlah suara-Ku, hai bangsa-bangsa, dan pasanglah telinga kepada-Ku, hai suku-suku bangsa! Sebab pengajaran akan keluar dari pada-Ku dan hukum-Ku sebagai terang untuk bangsa-bangsa.”
Mendengar firman Allah dengan kerendahan hati secara penuh disertai dengan posisi pasif positif mendatangkan ide Ilahi. Karena yang bekerja adalah Allah sendiri dalam hati dan akal budi Anda dan saya.
Ingatlah saat berdoa kita memohon Allah untuk mendengar. Tetapi marilah kita juga menyediakan hati dan akal budi untuk mendengar firman Allah melalui peristiwa sehari-hari. Bukankah Allah memiliki banyak cara untuk berfirman yang patur Anda dan saya dengar? Haleluya. Amin.
Komentar-komentar |
|
|
|
|
|