Kelahiran Sang Juru Selamat telah dinyatakan. Sang Juru Selamat telah lahir. Sang Juru Selamat lahir disertai dengan senyum Bayi. Senyum Bayi menebarkan kebahagiaan. Kelahiran Sang Bayi membawa sukacita. Sudahkah Anda dan saya mengalami sukacita?
Sukacita bukan hasil akhir.
Sukacita bukan ending. Sukacita merupaka upaya aktif. Bukan upaya pasif. Anda dan saya terus melakukan dengan sukacita. Sukacita tidak datang dengan sendirinya secara tiba-tiba. Melainkan Anda dan saya mendatanginya.
Anda dan saya perlu merendahkan diri untuk mengalami sukacita. Anda dan saya perlu mengupayakan sukacita sekecil apa pun. Sesempit apa pun. Di tengah-tengah suasana sosial yang carut-marut seperti saat ini.
Bukankah Allah datang melalui Bayi Sang Penyelamat di tengah-tengah suasana anomali? Allah tetap merendahkan diri menjelma menjadi manusia. Allah memberikan teladan untuk merendahkan diri di tengah-tengah egoisme kelompok.
Senyum sukacita Allah bukanlah seperti kembang api. Indah sesaat. Memancarkan api beberapa detik saja. Tetapi Allah memancarkan senyum sepanjang hari. Selama berminggu-minggu. Berbulan-bulan. Bertahun-tahun. Dan, selamanya Allah terus senyum.
Marilah Anda dan saya meneruskan senyum kedatangan Sang Bayi Juru Selamat dengan merendahkan diri seperti Allah di tengah masyarakat dengan penuh sukacita. Sambutlah Sang Bayi Juru Selamat penuh senyum sukacita. Haleluya... Amin!!!