Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri (2 Korintus 12:7).
Bacalah 2 Korintus 12:7-10
Dalam sebuah pertemuan rohani awal 2009, ketika menjadi pengkhotbah tamu di sebuah gereja, seseorang mengajukan pertanyaan yang menggelitik.
Ia bertanya, "Pak Zega, lancar berbahasa Roh?". Sepanjang pelayanan saya, baru kali ini seorang jemaat berani bertanya seperti itu. Saya hanya tersenyum. Pun, tidak menanggapinya berlebihan. Namun, karena ia tahu sikap saya, maka ia terus bercerita ke sana kemari. Ia berkata punya kemampuan mengusir setan. Sebelum ia datang, setan sudah lari tunggang langgang. Ia juga punya karunia kesembuhan. Siapa pun yang menderita sakit boleh datang kepadanya. "Saya pasti bisa menyembuhkan," tandas pria paroh baya itu.
Terkadang banyak orang menjadi sombong karena memiliki karunia ini dan itu. Seolah-olah karunia tersebut miliknya. Ia lupa bahwa karunia hanyalah anugerah Allah baginya. Namun berbeda dengan rasul besar dalam Perjanjian Baru (PB). Paulus tidak menganggap terlalu hebat karena berulang kali menyaksikan penyataan Roh. Dari ayat 1-6, Paulus berkisah tentang penglihatan-penglihatan yang ia terima dari Tuhan. Namun, pada ayat ke-7, Paulus berkata dengan tegas. Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri (ay.7). Terlihat jelas bahwa Paulus seorang yang dewasa secara iman. Ia tahu, bahwa karunia rohani bukanlah miliknya. Karunia rohani hanyalah pemberian Allah.
Kita perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam kesombongan rohani. Kalau Allah mengaruniakan karunia ini dan itu, hendaknya tidak membuat kita sombong. Sebaliknya, tetap rendah hati. Bila Anda bermegah, bermegahlah karena Anda memiliki Kristus. Bukan karena yang lain. Bukankah demikian?
Kesombongan Awal Kejatuhan.
Yogyakarta, 10 Agustus 2009