Faekhuna’a
Mata pencaharian sebagian besar orang Faekhuna’a adalah nelayan, karena dusun ini terhampar di pesisir pantai Samudera Hindia. Pada tanggal 26 Desember 2004, dusun ini pun turut diempas oleh gelombang Tsunami nan dasyat. Alhasil, puluhan rumah yang dibangun berjauh-jauhan satu sama lain hancur. Sebagian rata dengan tanah. Sebagian rusak berat atau berpindah tempat. Satu-satunya SD yang ada di sana pun rusak berat. Semua perahu nelayan luluh lantak dihantam Tsunami. Namun herannya tidak satu jiwa pun yang jadi korban bencana maha dasyat itu. Apa rahasianya?
Adalah cerita yang telah menyelamatkan seluruh penduduk Faekhuna’a. Cerita itu telah diteruskan dari generasi terdahulu. Konon, pada tahun 1907 dusun ini pernah dilanda oleh Tsunami. Saat itu ratusan jiwa melayang. Sebagian tersangkut di puncak pohon nyiur yang berdiri di pesisir pantai. Maka berceritalah para orangtua Faekhuna’a kepada anak-anak mereka tentang bencana itu. Dan cerita itu diakhiri satu pesan. “Bila terjadi gempa, lalu air laut menjadi surut, maka larilah ke gunung, niscaya kalian semua akan selamat dari amukan gelombang laut,” demikian bunyi pesan itu.
Berkat cerita itu, selepas gempa dan surutnya air laut di Minggu pagi 26 Desember 2004 itu, seluruh orang Faekhuna’a naik ke gunung. Mereka berlarian ke gunung hanya dengan pakaian yang melekat di badan dan makanan seadanya. Setelah tiga hari mereka mengungsi di gunung, maka turunlah mereka ke Faekhuna’a. Lalu didapatinya dusun mereka telah porak poranda. Namun syukur, mereka semua masih selamat. Mereka masih berkesempatan untuk membangun kembali rumah dan dusun mereka yang telah hancur. Mereka telah diselamatkan oleh sebuah cerita.
Seperti apa cerita yang terdengar di rumah Anda? Apakah itu adalah cerita-cerita tentang Tuhan dan karya-Nya seperti yang terdengar di rumah-rumah bangsa Israel (Ul. 6:6-9)? Apakah itu cerita-cerita yang menyelamatkan keluarga Anda? (Pancha Wiguna Yahya)
Komentar-komentar |
|