Redefinisi Sukses bagi Kaum Profesional
Namun jangan salah sangka! Mereka menggebu-gebu bukan hanya dalam bekerja, tapi juga bermain. Berbagai ritual yang canggih, funky, dan 'liberating' dilakukan setiap weekend sebagai reward kerja keras mereka selama berhari-hari. Kata seorang rekan saya, "Work hard, play hard!" Inilah formula
baru mencapai kebahagiaan hidup.
Kalau Abraham Maslow masih hidup, mungkin ia akan menyaksikan betapa teorinya tentang aktualisasi diri menjadi populer sebagai kunci mencapai kesuksesan. Yang Maslow kurang perhitungkan saat ia menyusun teori tersebut adalah bahwa banyak manusia yang terlihat begitu sibuk beraktualisasi diri ternyata juga memiliki segudang kebutuhan yang berada di level-level bawah. Para profesional yang terlihat sophisticated baik dari sisi intelektual maupun penampilan rupanya terikat kepada kebutuhan-kebutuhan seperti makanan, kenyamanan, dan seks. Menurut psikologis, tiga kebutuhan tersebut masuk kategori 'animal instinct'.
Jadi apakah sukses berarti berbagai kebutuhan kita dari level bawah sampai atas terpenuhi?
Tidak, menurut Mihaly Csikszentmihaly (jangan tanya bagaimana mengucapkan last name dia). Dalam interviews yang dia lakukan terhadap para eksekutif berbagai Multinational Corporations yang ia laporkan dalam bukunya Good Business, ia menemukan bahwa ada 2 kunci menuju kesuksesan bagi para profesional: diferensiasi dan integrasi.
Sederhananya begini.
Untuk menjadi bahagia, Anda harus benar-benar menikmati apa yang Anda kerjakan dan mampu membuat kontribusi yang signifikan kepada dunia, baik dalam konteks lokal maupun global. Apabila Anda memiliki keduanya, Anda akan mengalami yang ia sebut sebagai FLOW. Definisi kerennya sbb:
'A state of concentration so focused that it amounts to complete absorption in an activity.' Mirip seperti saat seseorang sedang mabuk kepayang oleh cinta.
Jadi kalau Anda ingin sukses, bertanyalah:
1. Apakah saya benar-benar menikmati pekerjaan saya sehari-hari?
2. Apakah melalui pekerjaan saya, ada kontribusi yang berarti yang saya dapat berikan kepada dunia sekeliling saya?
Sebelum kita memberi vonis bahwa teori diatas basi, ngawur, atau tidak rohani, tidak ada salahnya kita memakainya sebagai alat refleksi diri. Apakah filosofi 'work hard and play hard' memampukan seorang profesional untuk mencapai kesuksesan ala Csikszentmihaly diatas?
Mungkin tidak mencapai kedua kondisi tersebut? Ataukah kita harus bekerja di Red Cross, United Nations, dan Asian Development Bank untuk dapat menjawab 'ya' terhadap kedua pertanyaan diatas.
Michael Jordan mungkin sangat menikmati profesinya sebagai pemain basketball. Ia melakukannya 'for the love of the game'. Namun entah apakah ia merasa telah berkontribusi kepada masyarakat, yang jelas ia telah memberi banyak kontribusi nyata pada Nike dan Gatorade.
Saya mencoba memakai kedua pertanyaan tersebut pada diri saya sendiri. Untuk pertanyaan pertama, untuk dapat mencapai jawaban 'ya' 100% tidak mudah rupanya. Terkadang saya harus memaksa diri untuk berupaya menikmatinya. Mencintai rutinitas saya kira adalah sebuah seni kehidupan.
Sedangkan pertanyaan kedua, hmm...mungkin ada kontribusi, namun kontribusi yang kecil, tidak langsung, dan sulit diukur secara riil.
Tidak memuaskan memang, namun saya agak terhibur ketika memikirkan bahwa toh itu bukan satu-satunya kunci sukses (entah kalau ini alasan yang dibuat-buat). Lagipula apakah benar ada kunci menuju kesuksesan? Kemarin pas mandi, saya mendengar di radio seorang penyiar yang bilang:
There is no key to success, since the door is always open.
sendjaya
Melbourne, 21 Mei 2004