Seorang teman lama saya yang dulu sama-sama melayani di kampus saat ini bekerja di Singapura. Bersama dengan isteri dan anaknya, dia tinggal di Singapura yang serba bersih dan teratur itu. Karena memiliki keahlian di bidang IT maka dia mendapatkan gaji yang cukup tinggi. Akan tetapi, saya cukup terkejut ketika dia mengatakan kepada saya bahwa ia merasa sangat bosan bekerja di sana.
Walaupun tinggal di negara yang aman, bersih dan teratur serta memiliki kemapanan ekonomi, tetap saja dia mengeluh dengan rutinitas pekerjaan di kantor. Pada waktu mendengar suaranya melalui telepon, saya bisa merasakan tekanan dan kejenuhan yang dialaminya. Ketika dulu saya bekerja di sebuah kafe di Sydney, ada seorang tukang daging yang hampir setiap sore mengantarkan daging mengeluh bahwa ia merasa sangat bosan hidup di Australia. Sang pemilik kafe di tempat saya bekerja bahkan dulunya merupakan seorang manager di sebuah perusahaan tetapi karena mengalami kebosanan, ia memutuskan untuk membuka kafe meskipun ia harus ikut bekerja melayani para pembeli. Padahal bagi saya kota Sydney itu sangat indah, teratur, bersih dan romantis; sangat kontras dengan keadaan kota Jakarta.
Bob Buford, penulis ‘Halftime’, menyatakan bahwa bahwa sebagian besar orang Amerika menghabiskan paruh pertama dari karier mereka dengan membanting tulang untuk meraih sukses, hanya untuk mendapati bahwa mereka tidak berbahagia. Banyak pria dan wanita berusia 40-an yang telah mengalami kesuksesan dalam karier mereka akhirnya menyadari bahwa bukan kesuksesan yang mereka inginkan melainkan arti kehidupan. Agustinus pernah mengatakan bahwa “Di dalam diri setiap manusia terdapat lubang yang dibuat oleh Tuhan dimana hanya Tuhan yang dapat memenuhinya”. Dalam paruh pertama dari hidup, kebanyakan orang mencoba memenuhi lubang tersebut dengan mengejar karir dan kesuksesan. Anda mencoba memuaskan keinginan inti tersebut melalui penumpukan dan perolehan. Buktinya ada pada gudang dan garasi Anda; catat juga berapa lama waktu yang Anda sediakan untuk rekreasi, santai dan kegiatan-kegiatan sosial.
Setelah pulang ke Indonesia pada akhir tahun 2000, saya bekerja di sebuah perusahaan kecil yang hanya memiliki beberapa orang karyawan (saya percaya Tuhan menempatkan saya di perusahaan ini). Setelah beberapa tahun perusahaan tersebut berkembang menjadi besar dan pindah ke kawasan elit di Jl. Sudirman. Sebagai orang lama dan perintis, sebenarnya saya tinggal menikmati kerja keras dalam membangun perusahaan tersebut. Tetapi di akhir tahun 2003, saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tersebut karena Tuhan menginginkannya. Waktu itu saya tidak tahu bahwa Tuhan sedang membawa saya dari sukses menuju kebermaknaan. Kalau saja waktu itu saya tidak taat maka saya pasti akan kehilangan banyak hal dan Anda tidak akan menikmati tulisan-tulisan saya yang juga sudah dibukukan tersebut. Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman dalam mengikuti Tuhan, kita harus taat dahulu baru kemudian dapat mengerti. Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya, mereka harus taat dahulu dan kemudian baru mengerti.
Langkah pertama untuk mengalami hidup kebermaknaan adalah mentaati Tuhan dengan keluar dari zona kenyamanan. Ketika saya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan, penghasilan yang saya dapatkan kurang dari seperlima dari pendapatan saya sebelumnya. Akibatnya tabungan yang telah saya kumpulkan semakin menyusut seiring berjalannya waktu. Namun saya tidak menyesalinya sebab justru di saat krisis tersebut Tuhan memulihkan luka-luka batin saya sampai ke akar-akarnya dan membentuk karakter saya semakin serupa Kristus. Untuk memperoleh keselamatan memang gratis sebab hal itu sudah dibayar oleh Kristus tetapi untuk memiliki karakter Kristus ada harga yang harus dibayar. Saya tidak menyarankan Anda untuk meninggalkan pekerjaan Anda saat ini kecuali bila memang Anda yakin Tuhan menghendakinya. Keluar dari daerah kenyamanan tidak berarti Anda harus meninggalkan pekerjaan, pelayanan atau usaha Anda. Mungkin saja itu berarti Anda diminta untuk pindah ke perusahaan lain atau ke kota (negara) lain, itu semua tergantung pimpinan Tuhan. Seperti kata Bob Buford, yang terpenting adalah perubahan hati yang berserah penuh dan mengutamakan Tuhan melebihi segalanya.
Saya percaya banyak di antara Anda yang membaca tulisan ini mengalami kebosanan dan tekanan dalam kehidupan Anda. Jika Anda hidup dalam ketaatan maka tekanan dan kebosanan itu akan membawa Anda semakin serupa karakter Kristus. Sebaliknya jika Anda tidak hidup dalam ketaatan maka tekanan dan kebosanan bisa menghancurkan hidup Anda. Tidak sedikit orang yang mengalami krisis setengah baya (baca: puber kedua) jatuh ke dalam perselingkuhan/perzinahan sehingga hidup dan keluarganya menjadi berantakan. Keluarlah dari daerah kenyamanan Anda dan hiduplah dalam ketaatan penuh sehingga hidupmu akan menjadi berarti!