Kapan Pintu Berkat Itu Terbuka?
Kini boss tersebut memiliki perusahaan jasa informasi bernuansa rohani, dengan karyawan yang setiap bulan harus digaji. Perusahaan barunya ini masih defisit, boss tersebut beruntung tidak sendirian, perusahaan itu sahamnya dimiliki beberapa orang. Sehingga teman-temannya masih dapat mengatasi persoalan keuangan bulanan itu. Namun yang di-sharing-kannya pada saya adalah, betapa ketika dia sudah membuat komitmen tidak lagi mau bekerja di perusahaan rokok itu, dan lebih memfokuskan diri di bidang pelayanan ladang-Nya, maka dia merasakan betapa sulitnya mencari uang sekarang. Berbagai usaha yang dilakukannya tidak pernah berhasil, buntu terasa. Beruntung bisnis istrinya tetap bisa berjalan. Bayangkan! Betapa si boss ini pusing tujuh keliling. Namun hal itu tidak menghentikannya untuk tetap teguh memilih jalan menjadi hamba Tuhan. Maka pendidikan teologi yang sedang dijalani di gerejanya, terus dia laksanakan. Dia rindu untuk menjadi seorang pendeta! Dia tidak tergoda untuk kembali bekerja ke perusahaan sekuler. Nah…pada sore hari saat kami berdua di ruangannya itulah dia berkata: “Saya tahu, Tuhan sedang memproses saya! Pada waktu-Nya nanti, pintu berkat itu akan terbuka lebar, pipa berkat itu tidak tersumbat lagi, sehingga perusahaan bernuansa rohani ini maupun usaha-usaha saya lainnya akan penuh berkat tercurah dari langit!” katanya dengan mantap, dengan tersenyum, dan sembari menatap saya yang tersenyum meng-amin-kan!
Suatu malam saya kaget melihat pendeta yang masih muda ini, dan baru saja bersama-sama saya siaran rohani di stasiun radio. Pria--beranak dua yang masih balita ini--setibanya di lapangan parkir langsung membuka sebuah pintu mobil dan mengajak saya untuk ikut. Mengapa saya kaget? Ya, karena biasanya dia pulang tengah malam ini dengan mikrolet, sama halnya dengan saya. Hanya saja jurusan kami berbeda. Dia makan waktu sejam kurang, kalau saya hanya sekitar 10 menitan untuk tiba di rumah. Wah…kontan saya bertanya: “Wah…udah punya mobil nih, yeeee?” Dia pun langsung menjelaskan bahwa itu adalah mobil milik jemaatnya yang boleh dia pakai kapan saja asal untuk urusan pelayanan. Hm…hm…hm…asyik juga, saya bisa nebeng. Lebih lanjut dia katakan, jemaat yang memberi pinjam mobil ini adalah seorang polisi, ohhhhh…pantas saja ada topi polisi di dashboard. Katanya lagi, topi itu berguna untuk “membereskan” masalah bila sewaktu-waktu dia berurusan dengan polisi di jalan raya saat mengendarai mobil itu. Waow…saya hanya tersenyum saja mendengar kisah itu. Ya! Karena kami sudah lama kenal, dia pun mengungkapkan kerinduannya bila ingin memiliki sebuah Toyota Avanza, dan hal ini sudah dijanjikan oleh si polisi itu, kelak bila polisi itu memiliki “berkat” besar. Pendeta yang masih muda tersebut, tersenyum-senyum menceritakan janji itu, dia sangat optimis akan dapat si Avanza itu melalui polisi yang baik hati tersebut. Saya mendukungnya dalam doa!
Beberapa bulan kemudian, kami janjian bertemu di persimpangan Cibubur untuk bersama-sama menuju dan beribadah di sebuah gereja milik teman sepelayanan kami. He…he…he…dia dan istrinya tidak lagi naik mobil, tapi bersama saya, naik mobil angkutan umum! Pada malam itulah dia bercerita, mobil yang dipinjamkan secara gratis oleh polisi itu pada akhirnya dikembalikan ke si pemiliknya. Karena, ternyata si polisi itu “memanfaat” kan si pendeta muda itu untuk sesekali mengantar-jemput anak-istrinya untuk urusan pribadi dengan kata-kata “minta tolong”. Dan…..yang lebih parah lagi, si polisi pemilik mobil itu mulai mengatur dan memaksakan kehendaknya kepada si pendeta muda ini (anak Gembala Sidang) terkait masalah-masalah aturan main pelayanan di gereja. Puncak pergumulan teman saya ini bersama istrinya adalah, memulangkan mobil itu. Dan akibatnya keluarga si polisi itu tidak lagi berjemaat di situ. Teman saya dengan istrinya bertelut di kaki Tuhan, mengucap syukur, berdoa dengan derai air mata.
Maka, saat saya menulis ini, kabar tentangnya adalah, dia sudah berhasil membuka dua tempat pelayanan lagi di dua ruko di tengah-tengah kota Jakarta . Dan seorang Ibu kaya yang murah hati telah memberi sebuah sepeda motor baru untuk anaknya yang masih kecil, untuk antar-jemput sekolah maksudnya, namun sepeda motor itu juga terpakai untuk mengantar si pendeta muda ini keliling Jakarta melaksanakan tugas pelayanannya. Bukan itu saja, dia pun sekarang menjadi Pembina sebuah Ministry yang baru lahir. “Berkat” Tuhan yang sempat “terpental” akhirnya datang juga dengan jalur yang baik dan benar!
Di dekat terminal angkutan umum itu, ada gedung tempat ibadah sebuah Ministry. Pimpinannya adalah teman saya. Saya sempatkan hadir ke situ sesekali. Nah, malam itu, saya kaget, ternyata yang berkotbah (pendeta) adalah seorang pria yang setahu saya dia belum menikah ketika 4 tahun lalu jumpa dengannya dalam sebuah rapat. Dan sedikit track-record negative sempat tersebar ke telinga saya berkaitan dengan hubungannya dengan wanita-wanita. Namun malam itu, saya perhatikan dia (tampaknya dia sudah lupa pada wajah saya) saat di mimbar, terlihat bersih mukanya, bercahaya wajahnya, dan sedikit gemuk! Dan benar saja! Dia berkotbah dengan sesekali menyisipkan kesaksian hidupnya yang dulu begitu “kotor” dan begitu miskin. Hanya dengan tekad tinggi, dan semangat hidup kudus, dan berserah total pada Tuhan, serta komitmen memberikan hidup hanya untuk melayani-Nya, maka kini dia seperti apa yang ada tampak di atas mimbar. Dengan “bangga” dia bercerita bahwa pakaiannya yang tengah dipakai malam itu adalah bermerek Christian Dior alias Christian di-kasi or-ang alias dikasi orang Kristen…ha…ha…ha…saya tersenyum mendengar humornya itu. Dia pun bersaksi bahwa dia kini sudah berumah tangga, dan sudah beberapa kali pelayanan ke luar negeri. Semua karena kasih anugerah dari Tuhan yang telah memulihkan hidupnya, yang telah mencabut penghalang-penghalang “berkat” untuknya. Nah…usai kebaktian, saya maju ke dekat mimbar, menyalaminya sembari memperkenalkan diri saya, dan waduhhhhh……dengan sukacita dia sambut uluran salam tangan saya. Kami pun sedikit bernostalgia sembari becanda tentu. Hm…hm…hm…luar biasa, bertemu dengan orang-orang yang telah mengalami pemulihan berkat dari Tuhan!
Jujur saja, saya pun pernah mengalami ketertutupan “berkat”. Segala usaha telah dilakukan dengan maksimal. Namun usaha-usaha itu (baca: mencari uang untuk biaya hidup layak) koq ya tetap saja tertutup. Kalau pun ada peluang, dia hanya terlihat memberi cahaya sepintas saja, kemudian segera lenyap. Hal itu pada akhirnya membuat frustrasi. Dan melemahkan semangat hidup. Dan di titik kegamangan itu, di titik kemenyerahan itu, akhirnya datang kesadaran untuk mengoreksi diri sedalam-dalamnya, mencari apa sih yang salah? Dosa apakah yang telah diperbuat? Ya! Setelah mengetahui semua itu……jalan selanjutnya adalah seperti yang terlukiskan pada kesaksian-kesaksian hidup di atas. Selanjutnya, penghalang “berkat” disingkirkan Tuhan. Kita pun menerima luapan “berkat”. Dan persoalannya apakah kita pun bersedia menjadi saluran (pipa) “berkat” ke orang lain? Kalau tidak bersedia, maka jangan kaget bila pada akhirnya “berkat” itu pun kembali macet lagi.
Ya! Pada akhirnya, saya semakin memahami Firman Tuhan berikut ini: (Maleakhi 3:10) “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”
Jakarta , 10 Maret 2008
Tema Adiputra
Komentar-komentar |
|
|
|