Begitu program “The Master” menjadi tayangan baru yang unik di salah satu stasiun televisi nasional kita, tak ayal anak-anak menjadi konsumen utama. Tak hanya menghipnotis para sukarelawan yang mau diminta maju dan memeragakan kebisaan mereka mempengaruhi alam bawah sadar orang lain, acara ini juga telah menghipnotis anak-anak dari berbagai rentang usia, yang barangkali tak terduga oleh kebanyakan orangtua.
Suatu kali ketika berbincang dengan murid-murid saya di kelas Sekolah Minggu yang rata-rata berusia 5 tahun, mereka mengatakan bahwa saat ini, Limbad adalah tokoh terhebat bagi mereka. Bagaimana tidak? Limbad begitu kuat. Limbad tak mempan diserang benda tajam. Limbad tahan berbagai siksaan fisik, dan sebagainya. Betapa Limbad sangat digemari oleh anak-anak. Ini terbukti juga kemudian ketika akhirnya dibuat sebuah acara serupa, dengan ilusionis atau ”the master” yang adalah anak-anak!
Tak mudah meyakinkan pada anak-anak di kelas saya, bahwa semua yang ditayangkan di televisi itu, hanya hiburan semata. Butuh waktu agak lama untuk berdebat dengan mereka, bahwa hanya Yesus yang sungguh-sungguh hebat. Yang bisa membuat keajaiban tanpa rekayasa, tanpa tipuan kamera. Bagaimana tak sulit? Dulu ketika saya masih anak-anak, saya sudah sangat terpana waktu mendengar cerita tentang betapa ajaibnya Tuhan berjalan di atas air. Namun anak-anak sekarang bisa bercerita dengan fasih bahwa Aang, tokoh utama dalam serial Avatar, The Legend of Aang, bisa juga berjalan di atas air. Jadi Yesus tak sendiri. Ada saingannya! Duh, padahal Aang itu cuma tokoh kartun. Namun saking hidupnya kartun zaman sekarang, hingga anak-anak seakan sulit menyadarinya!
Televisi memang kotak ajaib yang perlu diwaspadai. Ada wajah positifnya, yakni di mana ia menjadi jendela yang membukakan wawasan pengetahuan. Namun yang lebih banyak tertayang saat ini, jujur saja, adalah program-program yang ”asal termakan” oleh penonton. Dan anak-anak, yang notabene masih memiliki banyak waktu di rumah, paling kerap menjadi sasaran empuk dari tayangan-tayangan tiada henti dari berbagai stasiun TV tersebut. Sementara, anak-anak acap kali belum cukup pintar memilih tayangan yang berguna. Beruntung jika ada orangtua di rumah. Bila tidak?
Dan ternyata tantangan rohani anak-anak zaman sekarang tak hanya tersaji di TV. Kemudahan hidup dan perkembangan teknologi yang begitu pesat, membuat dunia terbuka di hadapan seseorang dengan begitu mudah. Internet, adalah sebuah jendela yang luar biasa. Hanya dengan satu kata terketik, maka segala hal tentang kata itu akan terhidang di depan mata. Dan internet menjadi sebuah dunia terbuka bagi masing-masing individu. Sendirian di sebuah kamar tertutup, tak menghalangi orang untuk menjelajah dunia maya yang tak berbatas. Lalu siapa penyaringnya? Bagaimana bila si penjelajah itu seorang anak kita? Bagaimana kita ”mengendalikan” agar ia tidak mengetikkan hal-hal negatif yang bisa meracuni pikiran?
Dan masih banyak lagi tantangan lain. Bagaimana jika anak-anak kita bertanya bolehkah ia berjejaring di Facebook, bermain playstation, membaca Harry Potter atau Eragon, bermain game online, memiliki dan menikmati handphone dengan segala fasilitas terbarunya, mengidolakan Limbad atau Joe Sandy, dan berbagai hal baru lain yang terus akan bermunculan di hari-hari mendatang? Adakah kita akan membuat daftar peraturan dan larangan, atau menghalangi dengan segala cara agar mereka jangan sampai mencicipi hal-hal itu? Memasung mereka? Tepatkah sikap demikian? Bukankah sesungguhnya larangan-larangan itu muncul lantaran kita tak begitu tahu tentang hal-hal itu, dan hanya berpikir bahwa semua itu bisa berdampak buruk buat anak-anak? Sebenarnya kita tak perlu terlalu cemas, apabila kita mau turut menyelami dunia mereka, bersama-sama menguji setiap tantangan baru, dan menentukan sikap terhadapnya. Misalnya turut mencari tahu bagaimana cerita Harry Potter dan di bagian mana anak-anak tak boleh terintimidasi. Dengan demikian anak menjadi tahu apa yang mesti ia waspadai dengan benar. Atau mendampingi anak ketika browsing internet. Bagaimana internet bisa membukakan begitu banyak hal positif, sehingga kita tak ada waktu untuk membuka situs yang berisi hal negatif!
Kedua, orangtua perlu menanamkan filter yang kuat dalam diri anak-anak sejak dini, sehingga mereka selalu mengutamakan hikmat untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Tentu berdasarkan standar kebenaran firman Tuhan. Firman yang tak berubah itu tetap relevan hingga masa kini, untuk segala hal apa pun di hidup kita. Dan ketika anak sudah tahu pedoman ini, kita takkan lelah mengatur mana yang boleh dan tidak boleh, sebab Roh Allah sudah akan memberinya sinyal ketika ia salah memilih.
Untuk menuju ke sana, kita dapat mengembangkan beberapa kebiasaan sederhana berikut dalam berelasi dengan anak-anak:
- Miliki waktu untuk membaca firman Tuhan bersama anak di dalam keluarga. Dari situ anak-anak akan belajar mencocokkan sikap hidupnya dengan pedoman firman Tuhan.
- Biasakan berkomunikasi dari hati ke hati. Bersikap seperti ”polisi” dengan banyak larangan, hanya akan membuat anak-anak melakukan hal-hal yang dilarang secara tersembunyi.
- Beri pengertian, kemudian buat kesepakatan dengan anak-anak; kapan mereka boleh menonton TV, browsing internet, bermain playstation, atau yang lain. Pendampingan orangtua sangat diperlukan saat mereka melakukan hal-hal ini, khususnya untuk anak-anak yang lebih muda. Tunjukkan mana yang baik, dan mana yang tak perlu bagi mereka.
- Jadilah teman, bukan hakim yang ”menyalahkan” anak-anak ketika ternyata mereka salah memilih tontonan, permainan, atau bacaan. Sekali mereka kita kecam, maka mereka takkan terbuka lagi untuk berdiskusi.
- Buatlah jadwal aktivitas anak-anak. Perhatikan waktu-waktu ”kosong” mereka. Kita sebagai orangtua menjadi pengarahnya, dengan mencarikan dan memilihkan aktivitas positif untuknya.
- Percayai anak-anak bahwa mereka semakin hari semakin dapat memilih sendiri pergaulan mereka, permainan mereka, tontonan mereka, secara bertanggung jawab.
- Bawa selalu mereka dalam doa-doa kita. Anak-anak harus menjalani hidup mereka sendiri, kita tak dapat selalu mengikutinya. Namun Allah yang Imanuel itu berjanji akan mendampingi dan menyertai anak-anak kita, dan Dia takkan pernah melepaskan milik-Nya!
Selamat menikmati pertumbuhan anak-anak! Tuhan Yesus memberkati!